Sifat-Sifat Koloid
Koloid mempunyai sifat-sifat yang khas,
seperti efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi, elektroforesis, koagulasi. Berikut
ini penjelasan tentang sifat-sifat koloid:
1. Efek Tyndall
Sebagian
besar sistem koloid terlihat keruh, tetapi ada beberapa koloid yang tampak
bening seperti larutan. Bagaimana cara membedakan larutan sejati dengan koloid?
Salah satu
cara yang termudah untuk membedakan larutan sejati dan koloid adalah dengan
menjatuhkan seberkas cahaya kepada objek tersebut. Larutan sejati akan
meneruskan cahaya, sedangkan sistem koloid akan menghamburkan cahaya.
Sifat koloid
tersebut dinamakan efek Tyndall. Jadi, Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh
partikel-partikel koloid sehingga tampak lintasan berkas sinar tersebut.
Peristiwa penghamburan ini terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
ukuran yang cocok untuk ditembus oleh cahaya. Sifat ini disebut dengan efek
Tyndall karena sifat penghamburan cahaya oleh koloid pertama kali ditemukan
oleh John Tyndall, seorang ahli fisika asal Inggris.
Meskipun
terdengar cukup asing gejala efek Tyndall sering kita dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya berkas sinar dari proyektor film di bioskop dan berkas
cahaya Iampu mobil pada malam yang berkabut.
Contoh lainnya
adalah cahaya matahari yang masuk rumah melewati celah akan terlihat jelas. Hal
itu dikarenakan partikel debu yang berukuran koloid akan menghamburkan sinar
yang datang.
Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas sama.
Jika
intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi, maka pada
waktu siang hari ketika matahari melintas di atas kita frekuensi paling tinggi
(warna biru) yang banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna
biru. Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna
merah) lebih banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna jingga
atau merah.
2. Gerak Brown
Jika diamati
menggunakan mikroskop ultra, maka partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya
kecil sesuai dengan sifatnya yang menghamburkan cahaya. Jika pergerakan
partikel ini diikuti, maka partikel senantiasa bergerak bergerak lurus dan
arahnya tidak menentu atau juga biasa disebut dengan gerakan zig-zag. Gerakan
acak dari partikel koloid disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya
yaitu seorang ahli botani Inggris, Robert Brown. Dengan gerakan ini, partikel
koloid dapat mengatasi pengaruh gaya gravitasi sehingga tidak akan memisahkan
diri dari medium pendispersinya meskipun didiamkan.
Apa yang
menyebabkan gerak Brown bisa terjadi? Pada dasarnya, partikel-partikel semua zat
selalu bergerak. Gerakan ini bisa berupa gerakan acak untuk partikel-partikel
zat cair dan gas, sedangkan partikel-partikel zat padat hanya bervibrasi di tempat.
Untuk sistem koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikelnya akan mengakibatkan tumbukan antara partikel-partikel itu
dengan partikel-partikel medium pendispersi. Tumbukan tersebut terjadi dari
segala arah. Dengan ukuran partikel yang cenderung kecil, tumbukan-tumbukan itu
menghasilkan resultan tumbukan yang tidak seimbang. Hal itu menyebabkan
perubahan arah partikel koloid sehingga gerakannya acak.
3. Adsorpsi
Adsorpsi
merupakan proses penyerapan permukaan. Hal ini dapat terjadi karena partikel
koloid mempunyai permukaan yang luas, sehingga partikel-partikel yang
teradsorpsi terkonsentrasi pada permukaan partikel koloid. Partikel koloid
(terutama koloid sol), baik partikel netral maupun partikel bermuatan,
mempunyai daya adsorpsi yang baik terhadap partikel-partikel pendispersi pada
permukaannya.
Daya adsorpsi partikel koloid Iebih besar
dibanding daya adsorpsi partikel larutan sejati. Hal ini disebabkan permukaan
partikel koloid lebih luas dibanding partikel larutan sejati. Apabila partikel
koloid menyerap ion, partikel itu bermuatan listrik
Proses-proses yang memanfaatkan sifat
adsorpsi koloid antara lain:
a. Proses penjernihan air
Proses
penjernihan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas (Al2(SO4)3) pada air.
Di dalam air, Al2(SO4)3 akan terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang merupakan
koloid. Koloid ini dapat mengadsorpsi zat pencemar dalam air serta dapat
menggumpalkan lumpur.
b. Pada proses pemurnian gula pasir.
Gula yang
masih kotor dilarutkan dalam air panas kemudian dialirkan melewati sistem
koloid yaitu tanah diatom. Akibatnya, kotoran yang terdapat pada gula akan
teradsorpsi sehingga didapatkan gula yang putih bersih.
c. Pada deodoran dan anti perspiran
(zat anti keringat).
Anti
perspiran mengandung senyawa aluminium seperti aluminium klorohidrat
(Al2(OH)5Cl.2H2O) yang dapat memperkecil pori keringat. Sedangkan, deodoran
mengandung seng peroksida, parfum, dan zat anti septik yang dapat menghentikan
aktivitas bakteri sehingga dapat menghilangkan bau tidak sedap.
4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik. Fenomena elektroforesis ini digunakan
untuk menentukan muatan listrik dari partikel koloid.
Jika ke dalam suatu sistem koloid
dimasukkan sepasang elektrode dan diberi arus searah (DC), maka akan terlihat
pergerakan partikel tersebut. Karena koloid mempunyai muatan listrik, maka
partikel koloid akan bergerak dalam medan listrik. Partikel koloid yang bermuatan positif akan
bergerak ke kutub negatif (katode) sedangkan partikel koloid yang bermuatan
negatif akan bergerak ke kutub positif (anode).
5. Koagulasi
koagulasi
adalah proses penggumpalan partikel koloid. Dengan adanya gaya gravitasi, maka
gumpalan itu akan mengendap. Bagaimana proses koagulasi dapat terjadi? proses
koagulasi dapat terjadi apabila muatan-muatan partikel koloid hilang. Sehingga
untuk mengkoagulasikan koloid kita perlu menghilangkan muatan partikel-partikel
koloid tersebut.
Ada dua cara mengkoagulasikan sistem koloid,
yaitu cara mekanik dan cara kimia. Cara mekanik dapat dilakukan dengan
pemanasan, pendinginan, atau pengadukan. Cara kimia dilakukan dengan penambahan
zat-zat kimia, misalnya zat elektrolit. Partikel karet dalam lateks dapat
dikoagulasikan dengan asam asetat.
Salah satu
contoh peristiwa koagulasi adalah terbentuknya delta di muara sungai dan pulau
di tengah sungai. Partikel tanah liat dalam air sungai bercampur dengan air
laut atau air sungai yang lain akan terjadi koagulasi karena air laut atau air
sungai yang lain merupakan suatu elektrolit. Peristiwa koagulasi ini terjadi
bertahun-tahun dan akhirnya membentuk pulau kecil atau delta.
delta sungai |
Contoh-contoh lain proses koagulasi.
a. Jika sol Fe(OH)3 yang bermuatan
positif ditambah sol As2S3 yang bermuatan negatif, maka akan terjadi koagulasi.
b. Sol belerang dan sol perak halida
dapat mengalami koagulasi jika dididihkan.
c. Proses penjernihan air dapat
dilakukan dengan menambahkan tawas pada air.
d. Saat bagian dari tubuh kita mengalami luka maka ion Fe3+ atau Al3+ segera menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi penggumpalan yang menutup luka.
Baca juga
Jenis-jenis Koloid Beserta Contohnya
Perbedaan Koloid Liofil dan Liofob
Soal Latihan
Kumpulan Soal Kimia SMA Kelas 11 Tentang Koloid dan Kunci Jawabannya
d. Saat bagian dari tubuh kita mengalami luka maka ion Fe3+ atau Al3+ segera menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi penggumpalan yang menutup luka.
Baca juga
Jenis-jenis Koloid Beserta Contohnya
Perbedaan Koloid Liofil dan Liofob
Soal Latihan
Kumpulan Soal Kimia SMA Kelas 11 Tentang Koloid dan Kunci Jawabannya
EmoticonEmoticon